Selasa, 20 Oktober 2015

PROMOSI BUDAYA UNIK



Kita pasti sering melihat promosi budaya di berbagai acara yang bertemakan budaya. Promosi ini bertujuan untuk mengenalkan budaya daerah atau suku atau bahkan Negara tertentu. Umumnya, dalam  promosi ditampilkan tarian, makanan, dan bahkan baju adat daerah. Kepada orang dari luar daerah atau luar negeri agar tertarik dengan budaya daerah tersebut.
Di zaman yang modern ini, banyak sekali teknik dari promosi kebudayaan yang dilakukan negara-negara di dunia. Mulai dari memasukkan unsur budaya daerah ke dalam budaya modern, mengadakan lomba bertemakan budaya, memasukkan cerita bertemakan budaya ke dalam film, memasukkan unsur budaya ke dalam game. Promosi-promosi tersebut, tentu berdampak positif ke dalam budaya yang dipromosikan. Seperti meningkatnya jumlah pembelajar bahasa atau budaya negara tersebut yang membuat jumlah kedatangan turis meningkat dan sektorbudayapun laris manis diserbu pengunjung asing dan membuat mata uang negara tersebutpun menguat.
Hal-hal tersebut pernah dirasakan oleh beberapa Negara di Asia yaitu jepang dan Korea yang mana budayanya mendadak tersohor berkat film atau dramanya yang dinilai masyarakat sangat bagus. Sebagai contoh adalah banyak anak-anak yang berbondong belajar bahasa jepang dan membeli aksesoris yang bertemakan jepang. Bahkan ada juga yang menabung demi bisa melihat konser idola mereka atau hanya sekedar berkunjung ke Negeri sakura demi memuaskan rasa penasarannya. Kemudian ada juga anak-anak muda penggemar K-POP yang sekarang sedang rajin belajar bahasa koreaatau bahkan mengikuti tarian boy band atau girl band idola mereka dari Negeri ginseng tersebut.
Penulispun sempat ikut terbawa oleh suasana demam K-POP dan J-POP yang terjadi di Nusantara dan bisa dibilang penulis melihat hanya budaya Negara jepang dan korealah yang paling keren dan budaya. Namun, saat masuk kuliah dan masuk jurusan S1 Sastra Jepang ada sebuah titik balik yang terjadi. Di saat semua orang jepang dengan bangga mempromosikan budayanya mulai dari bahasa, tarian, nyanyian, sampai bela dirinya, penulis tak mampu menunjukkan satupun budaya di Tanah Nusantara ini.
Saat itulah ada pemikiran untuk mempromosikan budaya. Namun masalah muncul karena tak ada satupun budaya yang dikuasai. Saat itulah muncul pemikiran unyuk mempromosikan budaya yang praktis dan orang yang tak mengerti budayapun bisa menguasainya dengan cepat, sehingga budaya ini tak hanya dilakukan oleh orang yang yang promosi, namun orang lain yang menjadi sasaran promosipun bisa juga mengusainya dengan mudah tanpa harus melalui proses belajar yang sangat membosankan. Jadi, sasaran promosipun bisa dengan cepat mempromosikan kepaka teman-teman di daerah atau bahkan negaranya. Kemudian, budaya tersebut haruslah busa dibawa kemanapun agar semua yang pergi ke luar daerah atau luar negeripin tak keberatan untuk membawanya karena sangat ringan dan tak membebani tas. Yang ketiga, Budaya tersebut haruslah dapat dengan mudah terlihat kapanpun dan dimanapun. Dasar pemikirannya adalah daya ingat manusia sangatlah pendek, karena itu jika promosinya hanya dalam acara tertentu, maka rawan lupa, apalagi jika yang dijadikan target promosi adalah orang dari luar negeri yang sama sekali tak mengenal atau bahkan tak ada ketertarikan terhadap budaya Nusantara.
Saat itu, muncul pemikiran bahwa budaya yang dipromosikan haruslah sesuatu yang memenuhi aspek berikut:

1. Mudah Dipelajari      : mudah dipelajari oleh orang yang bahkan tak punya dasar atau  
                                      ketertarikan terhadap budaya
2. Ringan                      : mudah dibawa kemanapun tanpa membebani tas saat dibawa ke
  tempat lain
3. Mudah Terlihat         : dapat terlihat kapanpun dan dimanapun

            Setelah berfikir lama akhirnya penulis menemukan budaya yang sangat memenuhi kriteria tersebut. Budaya tersebut adalah pakaian adat. Mungkin banyak yang berfikir pakaian adat membebani tas, dipakainya hanya di acara-acara tertentu, dan kurang modis. Jika anda berfikir demikian, mari kita ubah cara pandang tersebut. Untuk itu, penulis akan menjelaskan cara pikir menurut versi penulis.
            Pakaian adat adalah sesuatu dipakai setiap hari, dibawa kemana-mana,dan jika kita setiap hari menggunakan pakaian adat dengan penuh kebanggaan, maka beban tas yang harusnya untuk membawa pakaian moderen dan pakaian adat, bisa dipakai untuk membawa pakaian adat. Jika kita memakaianya setiap hari, apa lagi jika banyak yang memakainya, maka orang-orang dari luar daerah bahkan dari luar negeri akan tertarik dengan budaya, khususnya pakaian adat kita.
            Intinya adalah kita kembali ke cara nenek moyang kita yang setiap hari memakai pakaian adat sehingga budaya kita dapat terlihat setiap hari sehingga orang luar daerah atau luar negeripun dapat langsung teringat karena mereka setiap hari melihatnya.
Baiklah, sekian darisaya, semoga bermanfaat.
Pesan: JANGAN PERNAH MALU MEMAKAI PAKAIANADAT KITA

MATUR SEMBAH NUWUN

Selasa, 15 September 2015

PEMOPULERAN HANACARAKA


Pemerintah pasti tahu tentang hanacaraka, begitu pula dengan masyarakat. Hal umum yang pastinya  sudah diketahui oleh seluruh staf di Dinas Kebudayaan khususnya malang atau bisa dibilang seluruh staf pastinya sudah hafal di luar kepala alias bisa menulis hanacaraka dengan cepat secepat menulis aksara Indonesia. Namun, walaupun seluruh staf DISBUD (Dinas Kebudayaan) hafal, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah masyarakat hafal dengan aksara jawa atau yang lebih dikenal sebagai HANACARAKA ini. Itulah pertanyaan besar yang harus kita jawab sekarang ini.
Dalam rangka mempopulerkan kembali aksara jawa yang sudah lama ditinggalkan, saya berusaha mencari cara agar aksara ini bisa lebih dikenal lagi. Cara yang saya lakukan untuk mempopulerkan kembali ada 2 cara, yaitu cara modern dan tradisional. Namun, kedua cara tersebut membutuhkan dukungan dari DISBUD, oleh karena itu saya berharap DISBUD sudi membantu mempopulerkan kambali aksara jawa. Berikut ini adalah cara-cara mempopulerkan aksara jawa tersebut.
Cara yang pertama adalah dengancara yang saya sebut modern. Cara ini mungkin sudah dilakukan oleh seseorang, yaitu dengan membuat FONT aksara jawa, namun program Font tersebut memiliki kelemahan, yaitu saat dipakai dalam percakapan di internet, seperti FB, SMS, GOOGLE, TWITTER, dll. Oleh karena itu, saya berharap pemerintah dapat membuat sebuah program yang dapat dipakai di GOOGLE, FB, TWITTER, dll. Tujuan utamanya adalah membuat masyarakat yang ingin belejar atau berkomunikasi dengan menulis aksara jawa, dapat langsusng menulisnya di internet.
Mungkin, pembaca masih bingung dengan program yang saya maksud. Program yang saya maksud adalah program pilihan bahasa seperti di program komputer. Di komputer umumnya ada pilihan memakai aksara apa untuk menulis, pilihannya umumnya terletah di kanan bawah komputer anda. Di situ terdapat pilihan untuk menulis dengan aksara Jepang, Korea, Inggris, Tailan, dll. Jadi saya berharap pemerintah, terutama disbud agar dapat mengembangkan aksara tersebut hingga ke tahap seperti itu yang mana nantinya dapat dipakai berkomunikasi di dunia maya oleh para pembelajar atau pecinta budaya, khususnya aksara jawadan membuat warga keturunan jawadi negara seperti Suriname, Malaysia, Tailan, dan negara lain yang memakai bahasa jawa dapat mempelajari budaya leluhurnya, khususnya aksara jawa.
Cara kedua yang kedua adalah dengan cara tradidional. Cara ini sebenarnya pernah dilakukan, namun bukan di tanah jawa ini, namun di pulau dewata atau Bali. Cara tersebut adalah dengan mempopulerkan media daun lontar yang dulu pernah dipakai leluhur kita. Sebelum saya bercerita mengenai pengembangan cara menulis tradidional di tanah jawa, saya ingin bercerita tentang pengembangan cara menulis tradisional di negara jepang yang sekarang bisa dibilang sangat populer di negaranya ataupun di luar negeri.
Di jepang menulis tradidional disebud shodo. Menulis dengan cara tradisional ini adalah dengan menggunakan sebuah kuas tradisional yang berasal dari Cina di atas sebuah kertas dan dengan menggunakan tinta yang diramu sendiri. Nah, seninya adalah pada keindahan bentuk-bentuk huruf yang katanya semakin jelek semakin indah. Saya berharap cara menulis aksara jawa kita di atas daun lontar dapat populer juda di tanah kelahirannya seperti halnya Shodo di Jepang.
Di Bali, menulis di atas daun lontar sudah sampai tahap pengenalan ke Sekolah-sekolah. Dengan begitu, anak di Bali tidak akan lupa dengan aksara daerahnya. Hal yang sama ingin juga saya terapkan di Tanah Jawa ini. Jadi, menulis aksara jawa di atas daun lontar atau  nglontar, tidak semembosankan yang dibayangkan, karena prinsip menulisnya adalah sekreatif mungkin, jadi, selain menulis, kita juga bisa menggambar di atas daun lontar, menambahkan gambar-gambar unik di samping aksara yang telah kita tulis, dll.

MATUR SEMBAH NUWUN