Saat
shiwaratri, banyak sekali umat hindhu ke desa saya untuk sembayang pada dewa
ganesha. Hal ini menurut saya adalah hal yang bagus, mengingat orang-orang
jarang sekali yang peduli dengan situs peninggalan leluhur itu. Dengan
diadakannya shiwaratri di desa saya, desa yang dulunya sepi, sekarang bisa
ramai.Selain itu, ini juga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi
masyarakat karena masyarakat bisa menjual benda-benda untuk sembayang umat
hindhu.
Dalam
acara itu, semua orang memakai udheng tanpa kecuali. Selain acara keagaman
orang hindhu, para budayawan dan seniman sekitar situ juga hadir guna menggali
informasi mengenai sejarah leluhur. Salah satu informasi yang saya gali adalah
cara membuat udheng umat hindhu di daerah malang. Di acara yang berlangsung
tahun 2014 dan 2016, saya lihat tidak ada satupun peserta yang mengenakan
udheng malangan walaupun sebagian besar peserta merupakan umat dari malang
raya. Hal ini membuat saya bingung, kenapa udheng malangan yang berwarna kuning
dengan batik malangan dijadikan ikon kota Malang.
Saat saya
pergi untuk menemui teman saya yang bekerja di dinas terkait, dia mengaku tidak
mengetahui alasan kenapa udheng bermotif malangan tersebut dijadikan ikon kota
malang. Dia menyuruh saya bertanya kepada pencipta atau pembuatnya kenapa
udheng itu yang dipilih. Hal yang membuat saya bingung adalah udheng tersebut
diambil karena mayoritas orang menggunakannya, bentuknnya hanya ada di kota
Malang, atau karena bentuk udheng demikian dengan motif malangan hanya ada di
kota Malang.
ADA YANG
BISA MENJAWABNYA?
MATUR
SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar