Hari ini
saya ingin membahas tentang seni menulis tradisional Jepang yang disebut shodo.
Seni tersebut sampai sekarang masih dijaga kelestariannya. Banyak di antara
masyarakat jepang yang kebetulan hobi shodo, mendanai pelestarian kesenian
tersebut, sehingga pemerintahpun bisa dibilang sangat terbantu dengan hal itu.
Pengabdian masyarakat jepang terhadap kesenian tersebut menjadi inspirasi saya
untuk membangkitkan kesenian menulis tradisional jawa yang disebut lontar.
Banyak di
antara kita yang sering mendengar kata ini atau bahkan melihat lontar tersebut
secara langsung. Namun, yang menjadi masalah bagi saya adalah adakah pelestari
lontar di tanah jawa ini. Hal ini menurut saya sangat penting, mengingat
pelestarian lontar ini tidak pernah terdengar gaungnya di internet, TV, atau
media massa lainnya. Yang saya khawatirkan adalah kesenian ini sudah punah dan
tak ada generasi muda yang mau membangkitkannya lagi.
Selain
membangkitkan kesenian yang surut atau lenyap ditelan zaman, saya rasa kesenian
ini juga bisa berdampak ekonomis di masyarakat. Mungkin di antara kita ragu
apakah kesenian ini bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi kita. Kalau
menurut saya pasti bisa. Contohnya saja bali, walaupun senimannya tidak terlalu
banyak, namun seniman lontar ini ternyata bisa mendatangan rupiah dari lontar.
Yang saya dengar dari internet, lukisan lontar sederhana bisa dihargai minimal
Rp 200.000.
Lalu, masalah terbesarnya adalah maukah pemerintah terus
bergerak untuk mencari penerus penulis lontar atau bahkan membangkitkannya
sendiri ? Adakah dana untuk membangkitkan kesenian ini. Maukah kalangan
muda menekuni profesi ini ? Selain pemerintah adakah yang mau mendanai
atau bahkan turun langsung ke lapangan untuk mewariskan keahlian menulis
lontar ?
Saya
harap, di antara pembaca ada yang berminat untuk membangkitkan kesenian ini.
MATUR SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar