Di Jawa, banyak sekali sejarawan-sejarawan yang
sudah bergelar S1 sampai S2. Di antara sejarawan-sejarawan tersebut, banyak di
antaranya juga yang merupakan sejarawan Nusantara. Hal ini wajar saja karena
Nusantara juga merupakan negeri yang kaya akan sejarah. Dari semua sejarawan di
Indonesia, ada seorang sejarawan yang membuat saya tertarik. Dia adalah Mas
Yogi, yakni sejarawan muda yang menurut saya sangat berdedikasi tinggi dalam
melindungi salah satu cagar budaya Nusantara. Caranya dalam melestarikan budaya
dan melindungi budaya adalah yang paling unik, yaitu dengan melakukan hal
sepele, namun ada sesuatu yang membuat saya salut padanya.
Di desa saya, ada sebuah arca yang berumur cukup tua
yaitu arca ganesa yang dalam agama hindhu adalah dewa ilmu pengetahuan. Sosok
ganesa di desa saya mungkin agak berbeda dengan daerah lainyaitu ganesa di Desa
saya posisinya berdiri. Halini sangat unik mengingat di Desa lain posisinya
digambarkan sedang duduk.
Beberapa hari yang lalu saya bertemu Mas Yogi, yang
ternyata adalah salah satu penyelenggara acara shiwarati atau hari penghapusan
dosa dalam agama hindhu. Saat itu, saya berbincang-bincang mengenai usaha saya
untuk meletarikan baju adat jawa. Saat saya bilang kalau baju adat yang selama
ini dipromosikan adalah yang modern, beliau sangat tertarik karena beliau juga
berfikir bahwa kalau terlalu dimodernisasi maka yang tradisional akan hilang,
padahal yang tradisional adalah yang asli. Misalnya saja udheng yang aslinya
terbuat dari kain segi empat berukuran 1x1 meter dan dipakai dengan cara
diikat, banyak yang tidak tahu, khususnya anak muda. Kemudian, cara pakai jarik
yang dulunya dililitkan di pinggang dan diberi centhing, sekarang malah banyak
anak muda yang lebih memilih rok yang bentuknya menyerupai jarik karena
dianggap lebih praktis. Hal ini menurut saya sangat mengancam kelestarian yang
tradisional. Dia juga tengah belajar memakai udheng TRADISIONAL guna
mengembalikan udheng yang aslinya dipakai dengan cara diikatkankan di kepala.
Saat acara shiwaratri, saya banyak belajar sejarah
dari dia, khususnya adalah sejarah arca gennesaitu sendiri. Hal unik yang saya
pelajari adalah cara meramaikan situs purbakala. Seperti yang kita tahu bahwa
situs-situs purbakala sangatlah sepi dan jarang peminat, termasuk saya yang
juga malas ke situs-situs atau museum. Anak anak sekarang lebih suka ke Mal,
melihat konser band, dan ke tempat-tempat hiburan yang menurut mereka lebih
menarik dan tidak membosankan.
Saat itu, dia memaparkan bahwa situs ganesa ini
kalau acaranya itu-itu saja maka sampai kapanpun ramainya hanya segitu saja. Maka
dari itu, dia melakukan sebuah gebrakan, yaitu shiwaratri dan mengundang umat
hindhu se Malang raya. Menurutnya, dengan menggelar acara yang sesuai situs,
maka kita bisa membuat sebuah situs ramai. Seperti yang kita tahu bahwa ganesa
adalah dewa ilmu pengetahuan dan anak dewa siwa dalam agama hindhu. Di acara
shiwaratri, umat beragama hindhu berdoa kepada dewa ganesa. Dengan adanya arca
dewa ganesa di desa, berarti kita harus mengundang umat beragama hindu dalam
acara shiwaratri.
Mungkin anda berfikir kalau ini adalah hal sepele
dan sering dilakukan orang. Menurut saya, justru hal sepele itulah maka jika
tidak dilakukan ya tidak ada gunanya. Tapi, inilah yang membuat saya salaut
padanya. Saat acara shiwaratri, saya iseng Tanya soal dana. Beliau berkata
sebagian besar adalah dari PHDI, namun tidak semua. Setelah saya gali lebih
jauh ternyata dia menyediakan tenda tanpa upah sepeserpun dan malah memberi
upah kepada kepada anggota karang taruna yang membantunya. Alasannya sepele,
kalau semua dibebankan pada pihak PHDI acara ini tidak akan jalan. Menurut saya
ini sangat hebat, mengingat dia juga mengangkat yang cukup berat itu dari balai
desa ke arca ganesa. Bahan bakar mobil puck up untuk mengangkut tenda itupun
dibayar oleh dia. Dia juga berkata bahwa beliau lebih takut acara ini tidak
jalan daripada memikirkan capek atau uangkanya habis. Halini dilakukannya
karena kecintaannya kepada situs bersejarah Tanah Jawa, yaitu arca ganesa.
Hl yang saya pelajari dari dia adalah keikhlasan
dalam melestarikan situs bersejarah yaitu arca ganesa. Yang kedua adalah hal
yang jarang diketahui banyak orang, yaitu ternyata budha tantrayana juga memuja
dewa ganesa.Ini dapat terlihat dari simbol di belakang arca ganesa, yaitu bulan
dan bintang yang melambangkan hindhu dan budha. Selain itu, pengetahuan mengenai sejarah jawapun juga
tidak perlu diragukan lagi. Dia menjelaskan sejarah Jawa dari awal sampai
akhir.
Begitulah kisah dari Mas Yogi dari desa Karang Kates.
Semoga informasi ini berguna untuk meramaikan situs-situs purbakala di
Nusantara.
MATUR SEMBAH NUWUN
Wah...blognya keren sam... salut atas usaha sampean mengangkat budaya ngalaman
BalasHapusWah...blognya keren sam... salut atas usaha sampean mengangkat budaya ngalaman
BalasHapus