DESA KALAPATRA: SETIAP DAERAH
MEMILIKI TRADISINYA MASING-MASING
Baju adat khas malang
|
Saat saya
belajar budaya jawa, hal pertama diajarkan guru saya adalah kata desa
kalapatra. Saat pertama kali saya mendengar penjelasan itu, terus terang saya
agak bosan karena saya ingin langsung ke intinya, yaitu belajar budaya. Namun,
sekarang saya baru mengerti maksud dan tujuan guru saya itu. Ternyata, guru
saya ingin saya tidak memukul rata budaya di satu daerah dengan budaya lain.
Misalnya ada 2 desa yang bertetangga, namun belum tentu budayanya sama persis.
Semua memiliki adat dan budayanya masing-masing.
Baju adat khas malang-baju adat karangkates
|
Kali ini,
saya akan menjelaskan budaya atau adat yang ada di Desa saya. Baju adat di sini
sama seperti baju adat umumnya orang-orang jawa timur lainnya. Bagian bawah,
ada yang memakai clana kolor, ada juga yang memakai clana unjuk-unjuk (clana
besar khas madura). Warna clana adalah hitam legam.
Untuk
baju, memakai baju Jawa timuran seperti baju koko berwarna hitam. Walaupun
masuk wilayah Malang, Desa saya memiliki tradisinya sendiri. Kalau Baju adat
malangan berwarna kuning atau ornye, di desa saya hanya memakai baju serba
hitam. Jadi, desa saya dan malangan tidak bisadisamakan.
Baju adat khas malang-baju adat karangkates
|
Bagian
kepala memakai udheng yang bentuknya beraneka ragam seperti tutup liwet,
jeplakan, dan lain-lain. Ini tentu berbeda dengan ikon malang yang diusung saat
ini. Tapi, udheng yang dimaksud bukan udheng yang mirip blangkon yang sering
dipromosikan selama ini. Udheng di Desa saya terbuat dari sehelai kain yang
dililitkan sehingga membentuk-bentuk tertentu.
Jadi,
itulah maksud dari desa kalapatra. Di
sebuah kecamatan saja, tradisinya beda-beda. Namun yang saya tidak mengerti
adalah apa dasar mengangkat baju kuning/oranye sebagai ikon Malang. Apa
dasarnya dan di mana bukti fisik pakaian malangan yang berumur cukup tua yang
bisa dijadikan acuan. Semoga saja pertanyaan ini bisa cepat terjawab.
MATUR
SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar