Kita pasti banyak yang tahu tentang udeng. Namun udeng yang kita tahu pastilah hanya audheng bali saja. Itupun hanyalah udeng yang mederen saja yang mana cara memakainya tinggal dipakai seperti halnya topi. Namun tahukah kita tentang udeng tradisional yang cara memakainya diikatkan di kepala dan terbuat dari sepotong kain sepanjang 1x1 meter.
Saat ini yang banyak di jual
adalah udeng mederen yang mana cara memakainya adalah seperti tipi. Mungkin ini
adalah hal sepele namun jika kita lihat baik-baik maka banyak anak muda yang
tidak tahu cara membuat udeng karena mereka terlalu sering memakai yang modern
sehingga tangannya kurang atau bahkan tidak terlatih lagi membuat udeng
tradisional yang cara membuatnya lebih rumit. Mungkin udeng modern akan tetap
lestari tapi haruskah kita biarkan udeng tradisional musnah. Itulah pertanyaan
yang harus kita jawab saat ini.
Di suku jawa kalau kita lihat
dengan seksama maka mungkin hampir bahkan mungkin tidak ada yang masih
melestarikan udeng. Bahkan mereka banyak yang tidak tahu bedanya udeng jawa dan
blangkon. Mereka banyak yang salah menyebut udeng dengan blangkon. Bahkan
banyak juga yang benar-benar tidak tahu bahwa orang jawa punya udeng seperti
halnya orang bali. Di kampusku tidak ada yang tahu tentang udeng bahkan temanku
yang dari Balipun tidak tahu tentang udeng jawa. Mereka selalu menyebut udeng
yang aku pakai dengan ”kerudung”, “topi”, “blangkon” dan banyak juga yang tidak
tahu namanya.
Di suku jawa mungkin sudah banyak
dilakukan usaha pelestarian udeng namun udeng yang dilestarikan hanyalah udeng
modern. Sebenarnya udeng modern pada awalnya hanyalah untuk karena para turis
pastilah tidak tahu cara membuat udeng. Seperti yang saja katakana tadi udeng
yang lestari saat ini hanyalah udeng modern dan bukan udeng tradisional.
Akankah kebudayaan udeng yang asli hilang atau direbut negara lain.
Bicara
soal perebutan budaya oleh Malaysia banyak di antara kita yang tidak tahu
tentang komunitas jawa di Malaysia. Mungkin kita berfikir bahwa kebudayaan jawa
direbut oleh Malaysia. Tapi salahkah jika orang jawa di Malaysia mengambil
kebudayaan leluhurnya yang telah diwariskan turun temurun. Mereka orng jawa
kita jawa, di Suriname juga ada jawa. Harusnya kita tidak boleh mengabaikan
orang jawa yang ada di negara lain karena mereka juga orang jawa. Bukankah
sekali jawa tetap jawa selamanya.
Semoga setelah membaca artikel
ini kita sadar bahwa kebudayaan merupakan identitas yang harus dijaga oleh suku
atau bangsa itu sendiri karena budaya adalah identitas suatu bangsa.
MATUR SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar