|
Kemarin minggu tanggal 12 November saya ke Malang
Tempoe Doeloe yang mana merupakan event tahunan kota Malang. Di sana banyak
sekali pedagang yang menjual barang barang kuno, dai uang, kue, batik, dan
lain-lain. Barang-barang tersebut tentunya bisa menjadi pembelajaran bagi
anak-anak tentang benda-benda tempo dulu dan menjadi ajang nostalgia bagi orang
tua.
Di acara tersebut terlihat banyak orang yang memakai
busana tradisional Jogja dan Solo, mereka begitu antusias mengenakannya. Namun,
saying sekali jarang yang memakai baju tradisional Malang. Hal ini tentu sangat
aneh, mengingat ini adalah ajang promosi Malang. Saat saya Tanya seorang
pedagang kenapa memilih baju adat Jawa tengahan, pedagang tesebit berkata bahwa
dia tidak tahu busana adat Malang walaupun dia asli Malang.
Ini membuat saya miris, bagaimana mungkin orang asli
malang tak tahu baju adatnya sendiri tapi tahu banyak mengenai baju adat daerah
lain. Saat saya Tanya kenapa bisa mengenakan udeng jateng, tapi kok tidak tahu
udeng jatim, pedagang tersebut menjawab bahwadia cari di internet adanya itu.
Sekali lagi saya merasa miris dengan budaya Malang.
Kemudian, yang membuat saya miris lagi adalah
banyaknya orang yang tak tahu cara memakai jarik dengan benar. Bukannya kalau
wanita diakhiri dari sebelah kiri dan pria dai sebelah kanan, namun banyak juga
yang keliru. Miris ditambah bingung.
Pertanyaan saya yang ingin saya tanyakan ke
DISBUDPAR Kab Malang atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
adalah “Apakah selama ini tidak ada sosialisasi mengenai baju tradisional
malang ke Sekolah, Kantor Dinas, Dan lain-lain?”
MATUR SEMBAH NUWUN
|
Kemarin minggu tanggal 12 November saya ke Malang
Tempoe Doeloe yang mana merupakan event tahunan kota Malang. Di sana banyak
sekali pedagang yang menjual barang barang kuno, dai uang, kue, batik, dan
lain-lain. Barang-barang tersebut tentunya bisa menjadi pembelajaran bagi
anak-anak tentang benda-benda tempo dulu dan menjadi ajang nostalgia bagi orang
tua.
Di acara tersebut terlihat banyak orang yang memakai
busana tradisional Jogja dan Solo, mereka begitu antusias mengenakannya. Namun,
saying sekali jarang yang memakai baju tradisional Malang. Hal ini tentu sangat
aneh, mengingat ini adalah ajang promosi Malang. Saat saya Tanya seorang
pedagang kenapa memilih baju adat Jawa tengahan, pedagang tesebit berkata bahwa
dia tidak tahu busana adat Malang walaupun dia asli Malang.
|
Kemarin minggu tanggal 12 November saya ke Malang
Tempoe Doeloe yang mana merupakan event tahunan kota Malang. Di sana banyak
sekali pedagang yang menjual barang barang kuno, dai uang, kue, batik, dan
lain-lain. Barang-barang tersebut tentunya bisa menjadi pembelajaran bagi
anak-anak tentang benda-benda tempo dulu dan menjadi ajang nostalgia bagi orang
tua.
Di acara tersebut terlihat banyak orang yang memakai
busana tradisional Jogja dan Solo, mereka begitu antusias mengenakannya. Namun,
saying sekali jarang yang memakai baju tradisional Malang. Hal ini tentu sangat
aneh, mengingat ini adalah ajang promosi Malang. Saat saya Tanya seorang
pedagang kenapa memilih baju adat Jawa tengahan, pedagang tesebit berkata bahwa
dia tidak tahu busana adat Malang walaupun dia asli Malang.
Ini membuat saya miris, bagaimana mungkin orang asli
malang tak tahu baju adatnya sendiri tapi tahu banyak mengenai baju adat daerah
lain. Saat saya Tanya kenapa bisa mengenakan udeng jateng, tapi kok tidak tahu
udeng jatim, pedagang tersebut menjawab bahwadia cari di internet adanya itu.
Sekali lagi saya merasa miris dengan budaya Malang.
Kemudian, yang membuat saya miris lagi adalah
banyaknya orang yang tak tahu cara memakai jarik dengan benar. Bukannya kalau
wanita diakhiri dari sebelah kiri dan pria dai sebelah kanan, namun banyak juga
yang keliru. Miris ditambah bingung.
Pertanyaan saya yang ingin saya tanyakan ke
DISBUDPAR Kab Malang atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
adalah “Apakah selama ini tidak ada sosialisasi mengenai baju tradisional
malang ke Sekolah, Kantor Dinas, Dan lain-lain?”
MATUR SEMBAH NUWUN
|
Ini membuat saya miris, bagaimana mungkin orang asli
malang tak tahu baju adatnya sendiri tapi tahu banyak mengenai baju adat daerah
lain. Saat saya Tanya kenapa bisa mengenakan udeng jateng, tapi kok tidak tahu
udeng jatim, pedagang tersebut menjawab bahwadia cari di internet adanya itu.
Sekali lagi saya merasa miris dengan budaya Malang.
Kemudian, yang membuat saya miris lagi adalah
banyaknya orang yang tak tahu cara memakai jarik dengan benar. Bukannya kalau
wanita diakhiri dari sebelah kiri dan pria dai sebelah kanan, namun banyak juga
yang keliru. Miris ditambah bingung.
Pertanyaan saya yang ingin saya tanyakan ke
DISBUDPAR Kab Malang atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
adalah “Apakah selama ini tidak ada sosialisasi mengenai baju tradisional
malang ke Sekolah, Kantor Dinas, Dan lain-lain?”
MATUR SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar