Pemerintah pasti tahu tentang hanacaraka, begitu pula dengan masyarakat.
Hal umum yang pastinya sudah diketahui
oleh seluruh staf di Dinas Kebudayaan khususnya malang atau bisa dibilang
seluruh staf pastinya sudah hafal di luar kepala alias bisa menulis hanacaraka
dengan cepat secepat menulis aksara Indonesia. Namun, walaupun seluruh staf
DISBUD (Dinas Kebudayaan) hafal, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah,
apakah masyarakat hafal dengan aksara jawa atau yang lebih dikenal sebagai
HANACARAKA ini. Itulah pertanyaan besar yang harus kita jawab sekarang ini.
Dalam rangka mempopulerkan kembali aksara jawa yang sudah lama
ditinggalkan, saya berusaha mencari cara agar aksara ini bisa lebih dikenal
lagi. Cara yang saya lakukan untuk mempopulerkan kembali ada 2 cara, yaitu cara
modern dan tradisional. Namun, kedua cara tersebut membutuhkan dukungan dari
DISBUD, oleh karena itu saya berharap DISBUD sudi membantu mempopulerkan
kambali aksara jawa. Berikut ini adalah cara-cara mempopulerkan aksara jawa
tersebut.
Cara yang
pertama adalah dengancara yang saya sebut modern. Cara ini mungkin sudah
dilakukan oleh seseorang, yaitu dengan membuat FONT aksara jawa, namun program
Font tersebut memiliki kelemahan, yaitu saat dipakai dalam percakapan di
internet, seperti FB, SMS, GOOGLE, TWITTER, dll. Oleh karena itu, saya berharap
pemerintah dapat membuat sebuah program yang dapat dipakai di GOOGLE, FB,
TWITTER, dll. Tujuan utamanya adalah membuat masyarakat yang ingin belejar atau
berkomunikasi dengan menulis aksara jawa, dapat langsusng menulisnya di
internet.
Mungkin,
pembaca masih bingung dengan program yang saya maksud. Program yang saya maksud
adalah program pilihan bahasa seperti di program komputer. Di komputer umumnya
ada pilihan memakai aksara apa untuk menulis, pilihannya umumnya terletah di
kanan bawah komputer anda. Di situ terdapat pilihan untuk menulis dengan aksara
Jepang, Korea, Inggris, Tailan, dll. Jadi saya berharap pemerintah, terutama
disbud agar dapat mengembangkan aksara tersebut hingga ke tahap seperti itu
yang mana nantinya dapat dipakai berkomunikasi di dunia maya oleh para
pembelajar atau pecinta budaya, khususnya aksara jawadan membuat warga
keturunan jawadi negara seperti Suriname, Malaysia, Tailan, dan negara lain
yang memakai bahasa jawa dapat mempelajari budaya leluhurnya, khususnya aksara
jawa.
Cara kedua yang kedua adalah dengan cara tradidional. Cara ini sebenarnya
pernah dilakukan, namun bukan di tanah jawa ini, namun di pulau dewata atau
Bali. Cara tersebut adalah dengan mempopulerkan media daun lontar yang dulu
pernah dipakai leluhur kita. Sebelum saya bercerita mengenai pengembangan cara
menulis tradidional di tanah jawa, saya ingin bercerita tentang pengembangan
cara menulis tradisional di negara jepang yang sekarang bisa dibilang sangat
populer di negaranya ataupun di luar negeri.
Di jepang menulis tradidional disebud shodo. Menulis dengan cara
tradisional ini adalah dengan menggunakan sebuah kuas tradisional yang berasal
dari Cina di atas sebuah kertas dan dengan menggunakan tinta yang diramu
sendiri. Nah, seninya adalah pada keindahan bentuk-bentuk huruf yang katanya
semakin jelek semakin indah. Saya berharap cara menulis aksara jawa kita di
atas daun lontar dapat populer juda di tanah kelahirannya seperti halnya Shodo
di Jepang.
Di Bali, menulis di atas daun lontar sudah sampai tahap pengenalan ke
Sekolah-sekolah. Dengan begitu, anak di Bali tidak akan lupa dengan aksara daerahnya.
Hal yang sama ingin juga saya terapkan di Tanah Jawa ini. Jadi, menulis aksara
jawa di atas daun lontar atau nglontar,
tidak semembosankan yang dibayangkan, karena prinsip menulisnya adalah
sekreatif mungkin, jadi, selain menulis, kita juga bisa menggambar di atas daun
lontar, menambahkan gambar-gambar unik di samping aksara yang telah kita tulis,
dll.
MATUR SEMBAH NUWUN
MATUR SEMBAH NUWUN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar