Kamis, 11 Februari 2016

MERAMAIKAN SITUS PURBAKALA



Sejak kecil pasti kita telah dikenalkan banyak situ-situs peninggalan leluhur kita seperti candi Borobudur, prambanan, arca-arca, dan lain-lain. Situs-situs peninggalan dari masa lampau ini telah diwariskan kepada keturunannya, yaitu kita. Hal inilah yang menjadi dasar kita harus melindunginya.  Selain itu, banyak juga buku pelajaran yang membahas peninggalan masa lampau ini dan telah menjadi konsumsi wajib anak-anak sekolah saat ini.
Walaupun perlindungan terhadap situs peninggalan masa lampau ini telah banyak dilakukan, namun minat masyarakat terhadapnya sangatlah kurang. Hal ini tercermin dari sepinya museum-museum di Indonesia. Saya sendiri terus terang juga termasuk dalam orang yang malas ke museum. Selain membosankan karena itu-itu saja, fasilitas yang disediakan saya rasa juga sangat kurang.

Namun, di balik sepinya museum-museum yang ada di Indonesia, ternyata teman saya Mas Yogi punya hal menarik yang patut dipelajari guna meramaikan situs purbakala. Hal ini mungkin sepele, namun kalau hanya sekedar teori ya sama saja bohong. Cara ini juga telah terbukti meramaikan arca ganesa yang ada di Desa saya, dari yang dulunya sepi dan tak ada yang peduli sekarang sudah mulai dikenal. Walaupun tak setenar Borobudur dan Prambanan, namun saya sangat salut dengannya karena berkat ketekunannya melakukan cara sepele ini, dia berhasil membawa ganesa Karang Kates menjadi lebih baik lagi. Baiklah, mari kita bahas tips dari Mas Yogi tersebut.
1. Kenali dan pelajari
Yang pertama harus kita lakukan adalah mengenali. Maksudnya kita harus tahu seluk beluk sampai detail dari situs yang ada di sekitar kita agar kita bisa memunculkan potensi pariwisatanya.
2. Buat acara
Denngan kita mengetahui seluk beluk dari situs, kita bisa merancang acara yang sesuai dengan situs. Misalnya pada arca ganesa karang kates. Ganesa adalah dewa umat hindhu, namun budha tanrayana juga memuja dewa ganesa. Dengan kata lain kita bisa mengadakan acara sembahyangan 2 agama tersebut. Dalam agama hindhu, dewa ganesa dipuja saat shiwaratri. Jadi, kita harus membuat acara shiwaratri dengan mengundang umat hindhu seMalang Raya.
3. Promosi
Setelah kita tahu acara apa yang akan diselenggarakan, kita bisa promosi besar-besaran ke masyarakat sekitar, bahkan luar daerah bahwa di tanggal tertentu ada acara shiwaratri di situs tersebut. Agar masyarakat terus hadir tiap tahun, promosi terus dengan menggunakan kata tiap tahun shiwaratri diadakan, dengan begitu, tanpa diundangpun masyarakat akan tetap datang.
4. Nrima & Legawa
Yang terakhir ini adalah unsur terpenting dalam sebuah pelestarian budaya yang budayawanpun atau orang yang bekerja di dinas terkaitpun belum tentu punya. Hal inilah yang membuat saya salut dengan mas Yogi. Nrima &Legawa atau bahasa inggrisnya iklas. Maksudnya adalah saat bekerja harus ikhlas atau tanpa dimintapun kita akan menyediakan atau melakukannya. Saya akan member contoh apa yang dilakukan mas yogi saat menyelenggarakan acara shiwaratri.
Dalam acara shiwaratri, jamaah membutuhkan tenda agar tidak kehujanan. Mas Yogi malam 1 hari sebelum acara langsung menyediakan tenda untuk umat hindhu yang akan sembahyang. Dan hebatnya mas yogi memboyong tenda yang menurut saya cukup berat tanpa dibayar sepeserpun. Kalau ditanya apakah umat hindhu yang memintanya. Kalau ditanya soal itu mas Yogi menjawab TIDAK, dia bekerja karena kecintaannya terhadap arca ganesa. Dia lebih takut acaranya gagal dan pamor ganesa hilang daripada uang atau tenaga.
Itu belum seberapa, bensin untuk mobil puck up yang digunakan untuk membawa tendapun dibayar oleh mas Yogi. Bagi orang yang tidak suka budaya pasti bilang “untuk apa melakukan hal itu, sudah capek, tidak dibayar, malah bayar lagi”. Tapi mas Yogi tidak pernah mengeluh, dia sangat bersemangat melakukannya. Itulah kisah mas Yogi sang ahli sejarah yang sangat mencinai budaya dari desa Karang Kates.
Semoga saran saran tersebut bisa berguna untuk meramaikan situs-situs purbakala di Indonesia.

MATUR SEMBAH NUWUN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar